Sekalipun Manusia merasa, masih ingin, dan bahkan berusaha melakukan hubungan dengan Tuhannya, tetapi dalam segala tindakannya, terlepas lagi dari hubungan itu. Semua tindakannya, didasarkan hanya atas dasar akal-pikirannya sendiri, atas dasar apa yang dianggapnya baik dan benar. Tidak mau tahu, apa yang sebenarnya baik dan benar bagi dirinya menurut Tuhan.
Dengan menjalani laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil, manusia akan selalu diberi petunjuk, diberi tahu, apa yang baik dan benar untuk dilakukan dirinya, setiap saat. Yang memberi tahu, Hidupnya sendiri, karena Hiduplah yang, bisa menangkap kehendak Tuhan setiap saat.
Buku ini, isinya adalah gambaran tentang bagaimana menjalani laku Kasampurnan itu. Bukan untuk pedoman, bahkan bukan untuk dipercaya.
Kalau seseorang sudah menjalani, dia akan mendapatkan pengalaman dan bukti bukti sendiri. Jadi, kalau percaya, adalah karena mengalami, membuktikan dan merasakan sendiri.
Buku ini disusun, atas dasar seringnya Penulis “ngangsu” (menimba) dari sumbernya, yaitu Romo Herucokro Semono. Rata rata hampir sekali setiap seminggu, selama bertahun-tahun, selalu “sowan” (menghadap) untuk menimba “pangerten” (pengertian) tentang Laku Kasampurnan ini. Tentu saja ditambah pengalaman menghayati dan mengamalkan laku ini puluhan tahun dan pengalaman dalam mengamati dan momong ribuan orang yang sama sama menghayati laku ini (disebut “kadhang”).
Jadi, kalau ada “kadhang” yang berpendapat lain, tentu saja wajar, dan itu merupakan hak-nya. Lebih lebih, kalau yang dikemukakan adalah pengalaman pribadinya. Maka Penulis berusaha, menulis buku ini secara umum, tanpa memasukkan pengalaman yang bersifat terlalu pribadi.
Demikian pula, “dawuh” dan “wulang wuruk” (“ajaran”) dari Romo Herucokro Semono yang disampaikan di sini, yang bersifat umum. Bukan dawuh yang bersifat untuk pribadi Penulis.
Sekalipun demikian, penulis tetap menyadari, bahwa Laku ini, kalau ditulis semuanya, sekalipun lautan berubah jadi tinta, tidak cukup untuk menuliskannya. (“Sanajan banyu kabeh segoro dhadhi mangsi, ora cukup kanggo nulis kabeh dawuh”).
Bayangkan saja, dawuh dawuh Romo Herucokro Semono saja, beliau lakukan selama 25 tahun lebih, pagi, siang, malam dari 1955 s/d 1981. Bagaimana mungkin menuliskan seluruhnya?
Maka, penulis sama sekali tidak minta agar tulisannya ini dipercaya, dibenarkan, apalagi dijadikan pedoman.
Penulis membuat buku ini, karena desakan banyak orang, selama bertahun-tahun. Jadi, memenuhi keinginan orang banyak.  Penulis mencoba menggambarkan Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil yang sebenarnya itu apa dan bagaimana menjalaninya dengan baik dan benar. Juga murni tanpa dicampur aduk dengan laku atau ilmu lain, karena kepentingan manusianya masing masing.
Bagi yang merasa tidak cocok dengan tulisan ini, tentunya jangan diingat lagi, dan anggap saja tidak pernah membaca buku ini. Bagi yang merasa cocok, silahkan kalau mau digunakan.
|