SABDHO HONOCOROKO
DAN
PENJELASAN TENTANG KEBERADAAN KAPRIBADEN

Sabdho Honocoroko, tanggal 29 April 1978 di Sejiwan, Purworejo (Jawa Tengah, Indonesia).
Ditulis di atas tutup dus kotak roti / kue "dhadar gulung" merah putih, yang bunyinya sebagai berikut :

Dalam Huruf Latin :

ROMO
MANGESTONI
PUTRO PUTRO KUDU
NGAKONI PUTRO
ROMO

Sabdho Lisan :

Sapa sing selak utawa ingkar bakal disapu ROMO, ukumane lipet kaping pitu,
amargo Putro kudhune wis ngerti.

Romo Herucokro Semono paring Pusaka bentuk tongkat kepada Dr. Wahyono, dengan Sabdha sebagai berikut :

Iki Tongkat Komando, nang ngendi wae kudu mbok gawa.
Sapa wae sing mbangkang,
sektiya kaya ngapa, digdaya kaya ngapa mbok dudul iki mesti modar.
Iki sabdhane Moho Suci, tampanono.

Romo mengingatkan :

Masih banyak Putro Romo yang selalu melihat ke atas,
disuruh seperti tutup, yang selalu melihat ke bawah, tumukul / menunduk.

Putro Romo senantiasa selalu didhadhar,
diuji, gulungnya seberapa dan sampai dimana lakunya.
Seperti apa gulungnya Putro Romo itu tercermin di dalam lakunya sehari-hari.

Inilah rangkaian dari Sabdho Honocoroko.

PENJELASAN
Paguyuban Penghayat Kapribaden (selanjutnya disingkat Kapribaden) adalah yang pertama dan satu-satunya wadah yang SAH bagi Semua Putro Romo dimanapun berada, untuk melestarikan Panca Gaib dan wulang wuruk Romo. Sesepuh Kapribaden adalah : Romo M Semono Sastrohadidjojo (Almarhum), Kapribaden didirikan atas dasar Sabdho ROMO pada tanggal 29 April 1978, yang selanjutnya sabdho ini terkenal dengan sabdho “Honocoroko” karena ditulis memakai huruf Jawa Honocoroko, dan ini merupakan satu-satunya sabdho ROMO yang tertulis.