PERINGATAN WAFATNYA ROMO SEMONO TGl 3 MARET
Forum rules
Forum sebagai salah satu sarana Gosok Ginosok yang dilandasi semangat dalam menjalani Laku Kapribaden "Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil".
Forum sebagai salah satu sarana Gosok Ginosok yang dilandasi semangat dalam menjalani Laku Kapribaden "Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil".
-
- Posts: 71
- Joined: Mon Apr 14, 2008 5:08 pm
PERINGATAN WAFATNYA ROMO SEMONO TGl 3 MARET
PERINGATAN WAFATNYA ROMO SEMONO TGl 3 MARET
(Tulisan ini bersumber dari file Kapribaden tulisan Bp. Dr. Wahyono Raharjo GSW. MBA)
Romo Semono adalah sesepuh Kapribaden yang hidup tahun 1900 – 1981, beliau adalah salah satu manusia terpilih oleh Moho Suci untuk membangun manusia, dengan meneruskan wahyu yang diterimanya kepada siapapun yang menghendaki tanpa memandang latar belang suku, bangsa, etnik, budaya, bahasa, agama, dll.
Wahyu yang disebut Panca Gaib (Kunci, Asmo, Mijil, Singkir dan Paweling) dan laku Pangumbahing Raga yang beliau sampaikan akan mahanani hidup tentram siapapun yang menjalani dengan sungguh-sungguh, bahkan kelak kalau sudah saatnya Roch/Urip pisah dengan raganya(meninggal) Urip akan langsung menyatu kembali ke sumbernya (URIP) sedangkan raganya kembali ke 4 unsur alam ( tanah, udara, air dan api).
Selama 25 tahun lebih (tgl 14 Nov 1955 – 3 Maret 1981), Romo Herucokro Semono pagi, siang, sore, malam, terus menerus menyampaikan wahyu yang beliau terima kepada siapapun yang meminta, terutama sejak beliau pensiun tahun 1960 sebagai kapten KKO dan kembali ke tempat asal beliau di 2 tempat kediaman, yaitu Desa Trirejo dan Desa Kalinongko, Loano Purworejo.
Romo Herucokro Semono menerima semua orang 100% sama, tdak dibedakan dari segi apapun, kedudukan, kekayaan, status sosial dll. Kalau seorang tukang becak dipanggil namanya (“njangkar”) begitupun seorang presiden Soekarno saat itu (di-jangkar) dan dalam bahasa yang sama “ngoko” (bahasa Jawa: orang tua terhadap anak). Karena keduanya orang jawa. Kalau beliau bicara berjam-jam, masing-masing mendengar beliau bicara menurut bahasanya sendiri-sendiri. Yang orang Bali mendengarnya beliau bicara bahasa Bali, yang orang Jawa mendengarnya beliau bicara bahasa Jawa, dan seterusnya, secara bersamaan.
Romo setiap harinya hanya tidur satu atau dua jam, karena tamu yang datang dari subuh sampai lewat tengah malam, dan semuanya selalu disambut/diterima. Sehari semalam makan hanya 2 sendok makan, bersama semua orang, makan bersama, beliau selalu mengisi penuh piringnya, nasi dan lauk-pauk, tetapi hanya dimakan satu sendok. Biasanya orang membagi sisanya.(Mungkin di benak mereka “ngalap berkah” ). Hampir tidak pernah mandi, tetapi badan beliau tidak berbau sama sekali, dan tidak ada dakinya. Sehari-harinya selalu berpakaian rapi, Walaupun di rumah, dari pagi sampai sore beliau rapi bahkan pakai sepatu. Kalau menghadiri pertemuan di kota lain, saat warga “Kapribaden” berkumpul, beliau hadir berpakaian resmi, memakai jas dan dasi atau memakai pakaian Jawa lengkap.
Tidak akan pernah ada yang melihat beliau bersamadi atau sejenisnya, sehari-hari seluruh hidupnya serba wajar seperti orang kebanyakan. Waktu dihadap ratusan orang, beliau biasa-biasa saja, bahkan dalam bicara, banyak beliau selingi humor, terutama kalau beliau lihat sudah mulai banyak yang mengantuk.
Banyak hal yang beliau lakukan, yang akal pikiran manusia tidak mampu mencerna, sedikit diantaranya, antara lain :
Naik sepeda motor dari pantai Surabaya ke Madura. Sepeda motornya jalan di permukaan laut. Kalau mengemudi mobil, kaki bersila dan tangan lepas dari kemudi, jalannya mobil diperintah secara lesan. Orang lumpuh yang datangnya ditandu minta tolong. Beliau suruh mandi, langsung si lumpuh berdiri dan berjalan sendiri menuju kamar mandi. Orang sakit yang sudah lama mendapat pertolongan medik di rumah sakit dan belum berhasil, banyak yang datang kepada beliau. Sesudah mengutarakan maksudnya beliau jawab “ ora opo-opo”. Saat itu juga “ora opo-opo” alias saat itu juga sembuh. Orang yang tidak mendapat keturunan, kalau beliau jawab “dhiparingi”, maka sebulan kemudian pasti hamil. Bahkan beberapa kali terjadi, orang meninggal sudah mendapat keterangan surat kematian dari dokter/rumah sakit, beliau datang dan disuruh bangun, maka orang itu bangun dan masih hidup bertahun-tahun kemudian. Tentu saja disaksikan banyak orang yang “layat”. Semua yang beliau ucapkan, dengan bahasa jelas, dan pasti terjadi. Maka kalau semua kejadian ditulis, akan menjadi buku yang sangat tebal.
Saat wafat, Romo Semono tidur dan tidak bangun lagi (tanpa sakit), dimakamkan 3 hari kemudian, karena menunggu agar semua bisa hadir. Selama 3 hari itu tetap berbaring di tempat tidur. Waktu diangkat sama sekali tidak berbau dan seperainya tetap bersih dan kering , tidak berair sama sekali.
Penulis dan isteri telah beliau beritahu tentang wafatnya beliau itu 6 bulan sebelumnya, dengan pesan agar bersiap-siap, dan setiap saat makin dekat, penulis diberitahu. Misalnya tinggal hitungan hari.
Tentu saja keberadaan beliau sangat berarti bagi Putro Putro Romo dalam wadah Paguyuban Penghayat Kapribaden yang menerima dan menjalani laku Panca Gaib dengan gratis, tanpa syarat apapun, yang merasa hidup tetram, yang mendapat kemudahan dalam hidup setelah bisa sambung antara Urip dengan raganya. Oleh sebab itu wajar kalau Putro Putro Romo Herucokro Semono di berbagai tempat, diberbagai daerah setiap tgl 3 Maret memparingati hari wafatnya Romo Semono.
Kadhang-kadhang yang ada di Jakarta dan sekitarnya memperingati wafatnya Romo Semono di kediaman Ibu Hartini Wahyono, Limo, Cinere pada tgl 3 Maret pukul 20.00 s/d 22.30. Selamat memperingati wafatnya Romo Semono.
Salam Rahayu
Suprih Suhartono
(Tulisan ini bersumber dari file Kapribaden tulisan Bp. Dr. Wahyono Raharjo GSW. MBA)
Romo Semono adalah sesepuh Kapribaden yang hidup tahun 1900 – 1981, beliau adalah salah satu manusia terpilih oleh Moho Suci untuk membangun manusia, dengan meneruskan wahyu yang diterimanya kepada siapapun yang menghendaki tanpa memandang latar belang suku, bangsa, etnik, budaya, bahasa, agama, dll.
Wahyu yang disebut Panca Gaib (Kunci, Asmo, Mijil, Singkir dan Paweling) dan laku Pangumbahing Raga yang beliau sampaikan akan mahanani hidup tentram siapapun yang menjalani dengan sungguh-sungguh, bahkan kelak kalau sudah saatnya Roch/Urip pisah dengan raganya(meninggal) Urip akan langsung menyatu kembali ke sumbernya (URIP) sedangkan raganya kembali ke 4 unsur alam ( tanah, udara, air dan api).
Selama 25 tahun lebih (tgl 14 Nov 1955 – 3 Maret 1981), Romo Herucokro Semono pagi, siang, sore, malam, terus menerus menyampaikan wahyu yang beliau terima kepada siapapun yang meminta, terutama sejak beliau pensiun tahun 1960 sebagai kapten KKO dan kembali ke tempat asal beliau di 2 tempat kediaman, yaitu Desa Trirejo dan Desa Kalinongko, Loano Purworejo.
Romo Herucokro Semono menerima semua orang 100% sama, tdak dibedakan dari segi apapun, kedudukan, kekayaan, status sosial dll. Kalau seorang tukang becak dipanggil namanya (“njangkar”) begitupun seorang presiden Soekarno saat itu (di-jangkar) dan dalam bahasa yang sama “ngoko” (bahasa Jawa: orang tua terhadap anak). Karena keduanya orang jawa. Kalau beliau bicara berjam-jam, masing-masing mendengar beliau bicara menurut bahasanya sendiri-sendiri. Yang orang Bali mendengarnya beliau bicara bahasa Bali, yang orang Jawa mendengarnya beliau bicara bahasa Jawa, dan seterusnya, secara bersamaan.
Romo setiap harinya hanya tidur satu atau dua jam, karena tamu yang datang dari subuh sampai lewat tengah malam, dan semuanya selalu disambut/diterima. Sehari semalam makan hanya 2 sendok makan, bersama semua orang, makan bersama, beliau selalu mengisi penuh piringnya, nasi dan lauk-pauk, tetapi hanya dimakan satu sendok. Biasanya orang membagi sisanya.(Mungkin di benak mereka “ngalap berkah” ). Hampir tidak pernah mandi, tetapi badan beliau tidak berbau sama sekali, dan tidak ada dakinya. Sehari-harinya selalu berpakaian rapi, Walaupun di rumah, dari pagi sampai sore beliau rapi bahkan pakai sepatu. Kalau menghadiri pertemuan di kota lain, saat warga “Kapribaden” berkumpul, beliau hadir berpakaian resmi, memakai jas dan dasi atau memakai pakaian Jawa lengkap.
Tidak akan pernah ada yang melihat beliau bersamadi atau sejenisnya, sehari-hari seluruh hidupnya serba wajar seperti orang kebanyakan. Waktu dihadap ratusan orang, beliau biasa-biasa saja, bahkan dalam bicara, banyak beliau selingi humor, terutama kalau beliau lihat sudah mulai banyak yang mengantuk.
Banyak hal yang beliau lakukan, yang akal pikiran manusia tidak mampu mencerna, sedikit diantaranya, antara lain :
Naik sepeda motor dari pantai Surabaya ke Madura. Sepeda motornya jalan di permukaan laut. Kalau mengemudi mobil, kaki bersila dan tangan lepas dari kemudi, jalannya mobil diperintah secara lesan. Orang lumpuh yang datangnya ditandu minta tolong. Beliau suruh mandi, langsung si lumpuh berdiri dan berjalan sendiri menuju kamar mandi. Orang sakit yang sudah lama mendapat pertolongan medik di rumah sakit dan belum berhasil, banyak yang datang kepada beliau. Sesudah mengutarakan maksudnya beliau jawab “ ora opo-opo”. Saat itu juga “ora opo-opo” alias saat itu juga sembuh. Orang yang tidak mendapat keturunan, kalau beliau jawab “dhiparingi”, maka sebulan kemudian pasti hamil. Bahkan beberapa kali terjadi, orang meninggal sudah mendapat keterangan surat kematian dari dokter/rumah sakit, beliau datang dan disuruh bangun, maka orang itu bangun dan masih hidup bertahun-tahun kemudian. Tentu saja disaksikan banyak orang yang “layat”. Semua yang beliau ucapkan, dengan bahasa jelas, dan pasti terjadi. Maka kalau semua kejadian ditulis, akan menjadi buku yang sangat tebal.
Saat wafat, Romo Semono tidur dan tidak bangun lagi (tanpa sakit), dimakamkan 3 hari kemudian, karena menunggu agar semua bisa hadir. Selama 3 hari itu tetap berbaring di tempat tidur. Waktu diangkat sama sekali tidak berbau dan seperainya tetap bersih dan kering , tidak berair sama sekali.
Penulis dan isteri telah beliau beritahu tentang wafatnya beliau itu 6 bulan sebelumnya, dengan pesan agar bersiap-siap, dan setiap saat makin dekat, penulis diberitahu. Misalnya tinggal hitungan hari.
Tentu saja keberadaan beliau sangat berarti bagi Putro Putro Romo dalam wadah Paguyuban Penghayat Kapribaden yang menerima dan menjalani laku Panca Gaib dengan gratis, tanpa syarat apapun, yang merasa hidup tetram, yang mendapat kemudahan dalam hidup setelah bisa sambung antara Urip dengan raganya. Oleh sebab itu wajar kalau Putro Putro Romo Herucokro Semono di berbagai tempat, diberbagai daerah setiap tgl 3 Maret memparingati hari wafatnya Romo Semono.
Kadhang-kadhang yang ada di Jakarta dan sekitarnya memperingati wafatnya Romo Semono di kediaman Ibu Hartini Wahyono, Limo, Cinere pada tgl 3 Maret pukul 20.00 s/d 22.30. Selamat memperingati wafatnya Romo Semono.
Salam Rahayu
Suprih Suhartono