Asmo dan Mijil

[ssuhartono]

Rahayu,

Menambahkan jawaban saya atas pertanyaan kadhang Kristian Broto (Sudah lama menikah belum dianugrahi anak), bagaimana Mijil yang benar sudah dijelaskan pada kolom " Buku Hidup Bahagia ", sbb. :

Kata-kata “ Mijil ” :

1. (Asmo), jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, arso ..........................
(Ini digunakan hanya dalam hal hal yang bersifat spiritual - Gulung)

2. (Asmo) , jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, raganiro arso......................
(Ini digunakan, sebelum anda, raganya, manusianya, akan berbuat apa saja - Gelar)

Mijil untuk hal-hal yang bersifat spiritual - Gulung , maupun untuk berbuat apa saja - Gelar, kalimatnya baku dan tetap tidak boleh berubah seperti tertulis diatas (Gaib), tetapi titik - titiknya diisi sesuai keperluannya dengan bahasa masing-masing. Boleh bahasa Indonesia, bahasa inggris, bahasa Bali, bahasa Sunda, bahasa Jawa dll.

Jadi tidak harus bahasa jawa alus, dan batul kadhang Kristian Broto bahwa ROMO/Moho Suci mengetahui apa yg menjadi keinginan dan rasa kita masing - masing.

Salam Rahayu
Suprih Suhartono

[adie saputro]

Rahayu

Kadhang sepuh yang saya hormati, saya juga ada pertanyaan begini ;
- kalau asmo yang diberi kepada kita di ganti apa tidak eman2? Umpama kita sudah ngunci dan patrap lama lalu diganti Asmonya apa tidak sia-sia usaha kita itu?
- Kalau asmonya pake nomor bagaimana? seperti kakak pertama, kakak kedua, kakak ketiga (seperti film hong kong^^).
Dan yang memakai asmo tersebut ada yang "Jadi" ada yang tidak, mungkin tergantung kemauannya/sregep atau apa.
- saya juga ingin di beri contoh lagi^^ untuk titik-titik . . . . . .diatas pak (Basa Jawa SD dulu dapat 4 / 5 . . . lupa).
- saya senang ada rubrik ini sebab menambah wawasan saya, Sebab bapak saya sudah sepuh,sudah banyak Tuno-nya, jadi kalau mau tanya-tanya banyak tidak nyambungnya^^, disuruh "selidiki" sendiri . . . >,<

Terima kasih sebelumnya
Rahayu . . .

[ssuhartono]

Rahayu,

Kadhang Adie Saputro yang kami tresnani, atas pertanyaannya saya ingin menjelaskan secara garis besar sbb. :
Asmo adalah gaib, Asmo bersumber dari ROMO/Moho Suci setiap Putro Romo hanya satu Asmo. Tetapi kita menyadari bahwa tidak sedikit Kadhang Sepuh yang ada di berbagai daerah sebagai perantara untuk minta Asmo, tidak tertutup kemungkinan pula Kadhang Sepuh tersebut karena satu dan lain hal kurang hening saat memintakan Asmo ke ROMO sehingga Asmo yang disampaikannya salah Asmo. Maksudnya mengganti adalah membetulkan Asmo yang salah tsb.
Waktu Romo Semono masih hidup Asmo bermacam-macam dan pakai nomor, tetapi sebelum beliau meninggal sudah disabho hanya Konto Warno, Konto Rupo, Kanti Warni, Kanti Rupi dan tidak pakai nomor.
Saya punya pengalaman puluan tahun menjalani laku ini tidak benar, ibarat saya hendak menuju ke suatu titik tetapi mengarah blenceng beberapa derajat, makin lama saya berjalan makin jauh dari sasaran. Saya bersukur ada jalaran untuk mengetahui yang benar dan saya menyadarinya, Jadi tidak ada istilah sia-sia bagi saya untuk memperbaiki laku saya.

Contoh “ Mijil ” sbb:

1. (Konto Rupo), jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, arso minta kepada Moho Suci untuk kasampurnan Urip berikut raganya Kadhang Bejo yang baru saja meninggal.

(Konto Rupo), jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, arso minta pangusadan kepada Moho Suci untuk anak saya, Badu yang sedang menderita sakit.

(Konto Rupo), jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, arso sungkem Moho Suci.

(Ini digunakan hanya dalam hal hal yang bersifat spiritual - Gulung)

2. (Konto Rupo) , jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, raganiro arso makan/minum/tidur/kencing/kesawah/ke pasar/ke kantor (dll.apapun yang akan dilakukan).
(Ini digunakan, sebelum anda, raganya, manusianya, akan berbuat apa saja - Gelar)

Demikian yang saya sampaikan, mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan, semoga ada Kadhang lain yng bersedia menambahkan.

Salam Rahayu
Suprih Suhartono

[Didik P]

Yang saya hormati Kadhang Sepuh,

Mengenai sikap Patrap saat Paweling (sikap Duduk Bersila), apabila kita ingin Mijil setelah Paweling hendaknya sikap tangan kita kembali lagi ke patrap mijil (telapak tangan kiri ditarik memegang iga terakhir), apa tetap kedua telapak tangan menyatu di depan dada dan Mijil.

nyuwun pangapunten sakderengipun.



Rahayu,

Didik