PERINGATAN 33 TH - SABDHO HONOCOROKO

Forum sebagai salah satu sarana Gosok Ginosok yang dilandasi semangat dalam menjalani Laku Kapribaden "Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil".
Forum rules
Forum sebagai salah satu sarana Gosok Ginosok yang dilandasi semangat dalam menjalani Laku Kapribaden "Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil".
Post Reply
Forum Admin
Site Admin
Posts: 8
Joined: Tue Feb 26, 2008 1:48 pm
Contact:

PERINGATAN 33 TH - SABDHO HONOCOROKO

Post by Forum Admin »

PERINGATAN 33 TH - SABDHO HONOCOROKO
( 29 April 1978 – 29 April 2011 )



Mengingat Sabdho HONOCOROKO, maka kita akan mengingat satu-satunya Sabdho Romo Herucokro Semono yang beliau tulis dengan huruf jawa, di bagian atas tutup dus/kotak kue yang berisi kue dadar gulung warna merah putih. Sabdho tersebut berbunyi sbb :

http://www.kapribaden.org/KA_Sabdho.php

Yang artinya:
ROMO Mengestoni Putro Putro Kudu Ngakoni Putro ROMO

Ditandatangani gelar dan gulung.
Gelar oleh Romo Herucokro Semono dan gulung oleh Moho Suci


Saya yang saat itu berada di sana, selanjutnya mendengarkan Romo Herucokro Semono memberikan penjelasan kepada sabdo tersebut,
yaitu :
  • 1. Mulo iki tinulis ing tutup, amargo kabeh podo madhep lan ndeleng menduwur, ora ngelingi lamun kang aweh pangan iku bumi, mulo langit kang den obahake dening ROMO.

    2. Iki gelar gulung, pambuko panutup. Sejatine Romo arso nambahi tulisan. (Kemudian Romo Sabdo lesan) : “Sopo wae kang selak utowo ingkar bakal disapu ROMO, ukumane lipet kaping pitu, amargo Putro kudune wis mangerteni”.

    3. Iki bab Gelar. Yen mestine durung wektune, nanging iki jebul Moho Suci dewe kang tapak asmo. (Kemudian saat itu juga Romo Herucokro Semono memerintahkan melalui Dr. Wahyono Raharjo sarimbit (beserta Ibu Tien Wahyono), agar Putro Putro membentuk Paguyuban sakjagad/sedunia).
Dari penjelasan Romo seharusnya kita tahu bahwa Sabdho HONOCOROKO ini “wajib” dijalankan oleh yang mengaku sebagai Putro Romo, karena Sabdho ini adalah Sabdhonya Moho Suci. Putro Romo yang tidak mengakui dan yang mengingkari Sabdho ini, hukumannya tujuh kali lipat.

Sabdho HONOCOROKO ini juga satu-satunya sabdho yang sangat jelas karena tertulis dan bisa dibaca. Cara melaksanakannyapun jelas yaitu sesuai pesannya bahwa “Iki gelar gulung, pambuko panutup”. Secara gelar, Romo Herucokro Semono memerintahkan untuk membentuk Paguyuban (Penghayat Kapribaden) sebagai sarana guyub rukunnya Putro Romo. Guyub rukunnya Putro Romo di dalam paguyuban itulah sebagai pengakuan Putro Romo secara gelar. Adapun pengakuan secara gulung, tentunya diri kita masing-masing yang bisa menilai, apakah kita sudah menjalankan Laku Panca Gaib dengan temen-temenanan sehingga mewujudkan seorang Putro Romo yang sesuai dengan “kekudhangan Romo”. Kalau sudah tentu tidak akan sulit untuk bisa guyub rukun dengan sesama Putro Romo bukan ?

*****

Sesuai dengan wulang wuruk Romo Herucokro Semono, dimana beliau selalu mengatakan bahwa Laku Kasampurnan/Laku Kapribaden ini adalah Laku Gelar Gulung. Maka Laku Putro itu tidak hanya melulu secara vertical (gulung) berhubungan dengan Uripnya saja untuk mencapai ketentraman pribadi. Tetapi juga secara horizontal (gelar) yaitu berhubungan dengan makhluk hidup yang lain, agar bisa mahanani tentremnya liyan.

Bisa dibayangkan kalau seorang Putro Romo bisa mahanani tentreming liyan minimal di dalam keluarga dan tetangga sekitarnya. Maka apa yang akan terjadi apabila Putro Romo di seluruh Indonesia ini bisa guyub rukun ? Putro Romo akan mahanani KETENTRAMAN DAN KEMAKMURAN BANGSA !

Tetapi pertanyaannya adalah sudahkan Putro Romo benar-benar “ngakoni” sebagai Putro Romo minimal di dalam Paguyuban Penghayat Kapribaden sebagai bukti dalam melaksanakan Sabdho Honocoroko?

*****

Seperti kita ketahui bahwa keadaan di berbagai belahan dunia semakin gonjang ganjing, tak terkecuali di Negara kita ini. Bumi yang terus bergoyang mengakibatkan bencana alam dimana-mana. Kondisi iklim yang tidak lagi sesuai jadwal karena rusaknya alam oleh ulah manusia. Ketegangan politik di berbagai belahan dunia yang mengakibatkan perang antar saudara dan memakan korban yang tidak sedikit. Semua kegonjang-ganjingan ini juga semakin meningkatkan kemiskinan karena orang semakin sulit mencari nafkah/pekerjaan, semakin sulit hidup dengan ekonomi yang layak.

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai Putro Romo Herucokro Semono ?

Sebetulnya sejak tahun 1979, Romo sudah memberikan dawuh kepada Putro-Putro untuk mempagelarkan wayang Togog Mlaku Mundur, agar khususnya bangsa Indonesia dapat meraih kemakmuran kembali. Namun beliau juga memberi syarat agar sebelum dipagelarkan, Dr. Wahyono Raharjo GSW dan ibu Tien Wahyono diperintahkan untuk membawa wayang togog dan wayang bokor kencono ke Negara-negara yang pernah menjajah Indonesia.

Sayang sekali dawuh tersebut belum dapat terlaksana sampai Dr. Wahyono meninggal. Hal ini karena belum adanya kesatuan tekad Putro-Putro Romo untuk melaksanakannya. Ada sebagian Putro yang ingin turut mendukung dalam melaksanakan dawuh tersebut, tetapi terkendala dana. Ada yang menafsirkan bahwa dawuh tersebut adalah dawuh untuk keluarga Dr. Wahyono Raharjo pribadi, sehingga tidak merasa berkepentingan. Tetapi ada juga yang menafsirkan dawuh tersebut secara simbolis, yaitu bahwa Romo menghendaki Putro menjalani Laku Mundur (introsprksi diri) yang diibaratkan dengan Togog Mlaku Mundur.

*****

Sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa Laku paringan Romo Herucokro Semono adalah Laku gelar gulung. Bukan laku gulung atau laku gelar saja.

Setelah peringatan Turunnya Wahyu Panca Gaib ke 54 (Th 2009) dan ke 55 (Th 2010), saya mendapatkan roso yang begitu kuat dari Moho Suci, bahwa sudah saatnya dawuh pagelaran Togog Mlaku Mundur dilaksanakan. Untuk itu sejak tahun lalu Pengurus Pusat telah mensosialisasikan rencana tersebut kepada para kadhang Putro Romo di seluruh Indonesia.

Saya sendiri terus mempersiapkan diri baik secara gulung maupun gelar untuk mengemban tugas berat ini. Namun semua rencana itu hanya akan dapat terlaksana apabila dikehendaki oleh Moho Suci.

Semoga saja keguyub-rukunan Putro-Putro Romo dapat melaksanakan dawuh Romo yang istimewa ini karena ditujukan bukan hanya untuk ketentraman pribadi Putro Romo tetapi untuk ketentraman dan kemakmuran bangsa Indonesia.

**********

Akhir kata saya ucapkan :

SELAMAT MELAKSANAKAN SABDHO HONOCOROKO, SECARA GELAR GULUNG.
SEMOGA PARA KADHANG MENDAPATKAN KETENTRAMAN DARI MOHO SUCI.


Rahayu…Rahayu…Rahayu…

Ny. Hartini Wahyono
Post Reply